BAB
2
ONTOLOGI
ILMU ADMINISTRASI
A.
Kajian Filsafat Administrasi
Secara etimologis, filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia yang
terdiri dari dua suku kata philos artinya
cinta atau suka atau shopia artinya
kebijaksaan. Secara
etimologis, pengertian fisafat adalah cinta atau cinta kepada kebijaksanaan.
Banyak pemikir
filsafat diantaranya adalah aristoteles (382-322 SM), yang menyatakan bahwa
filsafat adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak
berubah, dan tidak terpisah dari materi. Plato (428-348) mengembangkan fisafat spekulatif
yang berkaitan dengan dunia ide yang sempurna dan abadi. Galileo Galilei
(1564-1642) sebagai pelopor ilmu modern dan menganut filsafat alam dengan
melakukan pengukuran kecepatan udara dan penimbangan bobot udara pertama kali
(The Liang Gie, 1997)
Filsafat administrasi adalah proses
berpikir secara matang, berstuktur, dan mendalam terhadap hakikat dan makna
yang terkandung dalam
materi ilmu administrasi. Berfilsafat merupakan rangkaian kegiatan atau
aktivitas dengan menggunakan pemikiran dan perasaan manusia. Pemikiran dan
perasaan ini senantiasa bersifat memantul kepada diri sendiri untuk memenuhi pekerjaan, pikiran dan
perasaan tersebut. Pemikiran manusia
selalu diarahkan untuk menelaah fenomena yang dialami manusia sehingga dapat
melahirkan pemikiran. Berfilsafat adalah merenungi fenomena yang dihadapi oleh
manusia, kemudian melahirkan
berbagai pertanyaan terhadap fenomena itu.
B. Konsep
Ontologi Administrasi
Ontologi
menggunakan pemikiran secara mendalam terhadap sesuatu yang berlaku secara
universal, dan selalu mencari inti atau pemaknaan yang sangat mendasar dari
sesuatu realita yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Ontologi administrasi telah
berhasil mengubah pola pemikiran praktisi administrasi, dan bahkan mungkin
sebagian para ilmuwan administrasi, dari pandangan mitosentris menjadi
logisentris, melahirkan implikasi yang
berdampak positif dalam perkembangan administrasi. Dimana awal pikirannya bahwa
kejadian dalam suatu bentuk kerjasama dipengaruhi oleh pemikiran rasional
(logis).
1. Kedudukan Ontologi
Administrasi
Ontologi ilmu
administrasi orientasi penyelidikannya adalah yang berhubungan dengan yang ada,
apakah itu arti ada secara nyata (konkret) ataukah arti ada itu secara maya
(abstrak) hanya ada dalam pikiran yang ada. Sedangkan
yang ada itu merupakan dan sekaligus yang terkenal, tetapi paling sulit dieksplisitkan.
Oleh karena itu, ontologi ilu administrasi pantas dikatakan sulit, karena
sesuatu dalam pengandaian dari seluruh bagian-bagian pemikiran manusia.
Walaupun ontologi
ilmu administrasi konkret dan abstrak, tetapi senantiasa juga dalam
perkembangannya tetap
menjadi pendorong manusia untuk berpikir dan merenung tentang hakikat
administrasi yang mungkin
telah mengalami pergeseran akibat
perkembangan manusia
dalam kehidupannya.
2. Metode
Ontologi Administrasi
Ontologi ilmu administrasi
bergerak antara dua sisi pandang, yaitu pengalaman akan kenyataan konkret disatu pihak dan
pengertian “mengada” dari pernyataan abstrak dalam refleksi ontologi ilmu administrasi, kedua sisi pandang itu
saling memperkuat dalam melakukan suatu kegiatan penjelasan dalam konteks
pembenaran pemaknaan administrasi, baik sebagai ilmu maupun sebagai kegiatan,
atau sebagai lapangan pekerjaan manusia.
3. Potensi
Ontologi Administrasi
Dengan spontanitas, potensi ontologi ilmu
administrasi adalah pemikiran manusia terhadap isi dunia ini. Persoalannya,
apakah manusia memiliki kemampuan dalam berpikir dan bertindak untuk menciptakan
pengaturan dan keteraturan isi dunia. Segala jenis bipolaritas yang
mensyaratkan terciptanya pengaturan dan keteratuan dalam ilmu administrasi menunjukkan
adanya kemungkinan, dan bahkan keinginan akan integritas secara maksimal.
Kewajiban para ilmuan dalam
berpikir, berdasarkan pemikiran ontologi secara kebenaran transidental dan
kebenaran empirikal,
terletak kepada struktur penalaran setiap ilmuwan administrasi.
4. Normatif Ontologi Administrasi
Keberadaan hakikat kandungan
normatif ontologi administrasi secara transidental dan empirikal sesungguhnya
dapat dibedakan dua aspek utama yaitu, pertama
kebenaran adalah keharmonisan dan sistesis
yang maksimal dalam hal pemberian pengertiaan
dan pemahaman terhadap ontologi ilmu administrasi dan kedua, kebaikan adalah keharmonisan dalam hal penelitian dan
pilihan nilai terhadap ontologi ilmu administrasi.
Kebenaran dan kebaikan, baik yang
bermakna transidental maupun empirikal, bukanlah sifat-sifat tambahan dan
bipolaritas melainkan suatu proses penghayatan dan pengamalan secara harmonis
dalam struktur pemberian pengertian dan pemahaman, serta penilaian terhadap
kandungan ontologi ilmu administrasi sebagai salah satu ilmu sosial yang menghendaki wawasan
pemikiran secara universal.
C. POSITIVISME
ADMINISTRASI
Positivisme administrasi adalah
jenis aliran ontologi ilmu administrasi, aliran positivisme yang memposisikan
kajiannya adalah pemikiran atau tindakan positif, terutama yang berkaitan
tentang administrasi, baik dipandang sebagai ilmu maupun sebagai profesi.
Kedudukan aliran positivisme administrasi lebih banyak mengandalkan hati
nurani, jika hati nurani mengatakan benar, maka itulah kebenaran aliran
positivisme.
Positivisme dalam ontologi ilmu administrasi sasaran
utamanya adalah mencari kebenaran dan kebaikan.
Pembenaran ontologi ilmu administrasi
sesungguhnya telah dipertanyakan Plato
sejak dahulu, apa kebenaran itu. Kemudian Bradley menjawab kebenaran adalah
kenyataan yang sesungguhnya. Jadi, kebenaran Ilmu Administrasi adalah kenyataan
yang sesungguhnya.
Pengukuran terhadap jenis kebenaran
ilmu administrasi, bila
dikaitkan dengan ilmu administrasi:
1. Kebenaran
korespondensi adalah
adanya kesesuaian
hubungan antar pernyataan yang diungkapkan oleh manusia dengan apa yang
sesungguhnya dicantumkan dalam materi ilmu administrasi itu sendiri.
2. Kebenaran
koherensi adalah adanya
hubungan antara dua pernyataan yang memiliki persamaan objek.
3. Kebenaran
pragmatis adalah
kebenaran yang hanya ada satu konsekuensi saja.
4. Kebenaran
logika adalah memberikan kebenaran yang sesuai pikiran yang sebenarnya telah
merupakan fakta.
5. Kebenaran
paradigmatis adalah kebenaran
yang memberikan sesuai perubahan dalam kurun waktu, kondisi, dan waktu
tertentu.
Tindakan daam rangka menemukan
kebenaran berdasarkan sudut pandang aliran positivisme ontologi ilmu administrasi:
1. Penelitian;
2. Mencoba
dan salah (trial and error);
3. Renungan,
dimaksudkan untuk menalar secara mendalam dan menciptakan suatu aspirasi yang
dapat melahirkan suatu kreatifitas;
4. Kekuasaan;
5. Petunjuk
dari yang Maha Kuasa karena suatu kebenaran bersumber dari Maha Kuasa.
2. RASIONALISME
ADMINISTRASI
Rasionalisme administrasi
suatu aliran yang mengutamakan pemikiran rasional di bidang administrasi, baik
secara keilmuan maupun secara keprofesionalannya dan suatu metode untuk
memperoleh pengetahuan. Kedudukan aliran ini banyak mengendalikan akal, bila
akal mengatakan benar maka itulah kebenaran aliran rasionalime.
Pemikiran rasional mempunyai tiga
fungsi, yaitu pertama menjadi
kerangka persepsi yang menciptakan alam pikiran menjadi alam realita, kedua menjadi pedoman terhadap tindakan
penalaran dari suatu stimulus dan ketiga menjadi
alat memberikan alat
pembenaran terhadap suatu realitas.
3. BANGUNAN
DASAR ADMINISTRASI
Secara teoritis, pengembangan
administrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan seluruh
aspek kehidupan manusia yang dimotori oleh pelaku bidang pemerintahan, karena administrasi
berintikan pengaturan dan keteraturan dalam kehidupan suatu bangsa atau negara. Administrasi adalah
pengaturan dan keraturan dalam mengimplementasikan suatu bentuk kekuasaan. Oleh
sebab itu, pemikiran administrasi tidak dapat melepaskan diri dari
persoalan-persoalan ekonomi, politik, hukum,
sosial, pemerintah, dan lain sebagainya, dimana kesemuanya ini membutuhkan
pengaturan dan keteraturan yang lebih baik dan benar.
1. Batasan
Ilmu Administrasi
Batasan ilmu administrasi terdiri
atas dua jenis dan dua bagian utama. Pertama,
Administrasi Negara yang dewasa ini berkembang dalam istilah Administrasi
Publik, dan kedua, Administrasi
Bisnis. Batasan imu administrasi sering juga diistilahkan dengan boundary,
dengan menggunakan ruang tertentu sesuai dengan pokok kajian. Batasan adalah
suatu garis yang memisahkan dua kutub yang berbeda seluruh makna dan hakikat
yang dimiliki masing-masing. Dan apabila terjadi penyeberangan dari salah
satunya akan terjadi pelanggaran normatif atas ketentuan yang dilahirkan oleh
garis pemisah itu .
2. Potensi
Ilmu Administrasi
Manusia adalah potensi yang penting
dalam ilmu administrasi karena manusia sebagai pemikir dan pelaksana dalam rangka
membangun atau mengembangkan ilmu administrasi, dan dalam pengertian
“mengada” ilmu administrasi ada dalam
pikiran manusia. Tetapi juga potensi
ilmu administrasi yang bukan bersumber dari manusia itu sangat penting dapat
mempengaruhi dan mungkin menentukan terwujudnya bangunan dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi, terutama dibidang administrasi.
Potensi ilmu
admnistrasi adalah suatu kandungan kekuatan yangbelum banyak dimanfaatkan, baik
untuk pengembangan bangunan dasar ilmu admnistrasi maupun dalam dunia profesi
administrasi itu sendiri.
3. Peran
Ilmuwan Administrasi
Peran ilmuwan Administrasi yaitu
keterlibatan mereka dalam memberikan sumbangannya, baik yang berupa konsep pemikiran
maupun penyebarluasan pemahaman
atau pengertian (mengada) kepada pencari ilmu administrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar