Selasa, 03 Februari 2015

resume bab 2 Filsafat Administrasi

BAB 2
ONTOLOGI ILMU ADMINISTRASI
A.    Kajian Filsafat Administrasi
Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang terdiri dari dua suku kata philos artinya cinta atau suka atau shopia artinya kebijaksaan. Secara etimologis, pengertian fisafat adalah cinta atau cinta kepada kebijaksanaan.
Banyak pemikir filsafat diantaranya adalah aristoteles (382-322 SM), yang menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak berubah, dan tidak terpisah dari materi. Plato (428-348) mengembangkan fisafat spekulatif yang berkaitan dengan dunia ide yang sempurna dan abadi. Galileo Galilei (1564-1642) sebagai pelopor ilmu modern dan menganut filsafat alam dengan melakukan pengukuran kecepatan udara dan penimbangan bobot udara pertama kali (The Liang Gie, 1997)
Filsafat administrasi adalah proses berpikir secara matang, berstuktur, dan mendalam terhadap hakikat dan makna yang terkandung dalam materi ilmu administrasi. Berfilsafat merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas dengan menggunakan pemikiran dan perasaan manusia. Pemikiran dan perasaan ini senantiasa bersifat memantul kepada diri sendiri untuk memenuhi pekerjaan, pikiran dan perasaan tersebut. Pemikiran manusia selalu diarahkan untuk menelaah fenomena yang dialami manusia sehingga dapat melahirkan pemikiran. Berfilsafat adalah merenungi fenomena yang dihadapi oleh manusia, kemudian melahirkan berbagai pertanyaan terhadap fenomena itu.


B.     Konsep Ontologi Administrasi
Ontologi menggunakan pemikiran secara mendalam terhadap sesuatu yang berlaku secara universal, dan selalu mencari inti atau pemaknaan yang sangat mendasar dari sesuatu realita yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Ontologi administrasi telah berhasil mengubah pola pemikiran praktisi administrasi, dan bahkan mungkin sebagian para ilmuwan administrasi, dari pandangan mitosentris menjadi logisentris, melahirkan implikasi yang berdampak positif dalam perkembangan administrasi. Dimana awal pikirannya bahwa kejadian dalam suatu bentuk kerjasama dipengaruhi oleh pemikiran rasional (logis).
1.      Kedudukan Ontologi Administrasi
Ontologi ilmu administrasi orientasi penyelidikannya adalah yang berhubungan dengan yang ada, apakah itu arti ada secara nyata (konkret) ataukah arti ada itu secara maya (abstrak) hanya ada dalam pikiran yang ada. Sedangkan yang ada itu merupakan dan sekaligus yang terkenal, tetapi paling sulit dieksplisitkan. Oleh karena itu, ontologi ilu administrasi pantas dikatakan sulit, karena sesuatu dalam pengandaian dari seluruh bagian-bagian pemikiran manusia. Walaupun ontologi ilmu administrasi konkret dan abstrak, tetapi senantiasa juga dalam perkembangannya tetap menjadi pendorong manusia untuk berpikir dan merenung tentang hakikat administrasi yang mungkin telah mengalami pergeseran akibat perkembangan manusia dalam kehidupannya.
2.      Metode Ontologi Administrasi
Ontologi ilmu administrasi bergerak antara dua sisi pandang, yaitu pengalaman  akan kenyataan konkret disatu pihak dan pengertian “mengada” dari pernyataan abstrak dalam refleksi ontologi  ilmu administrasi, kedua sisi pandang itu saling memperkuat dalam melakukan suatu kegiatan penjelasan dalam konteks pembenaran pemaknaan administrasi, baik sebagai ilmu maupun sebagai kegiatan, atau sebagai lapangan pekerjaan manusia.
3.      Potensi Ontologi Administrasi
Dengan spontanitas, potensi ontologi ilmu administrasi adalah pemikiran manusia terhadap isi dunia ini. Persoalannya, apakah manusia memiliki kemampuan dalam berpikir dan bertindak untuk menciptakan pengaturan dan keteraturan isi dunia. Segala jenis bipolaritas yang mensyaratkan terciptanya pengaturan dan keteratuan dalam ilmu administrasi menunjukkan adanya kemungkinan, dan bahkan keinginan akan integritas secara maksimal.
Kewajiban para ilmuan dalam berpikir, berdasarkan pemikiran ontologi secara kebenaran transidental dan kebenaran empirikal, terletak kepada struktur penalaran setiap ilmuwan administrasi.
4.      Normatif Ontologi Administrasi
Keberadaan hakikat kandungan normatif ontologi administrasi secara transidental dan empirikal sesungguhnya dapat dibedakan dua aspek utama yaitu, pertama kebenaran adalah keharmonisan dan sistesis yang maksimal dalam hal pemberian pengertiaan dan pemahaman terhadap ontologi ilmu administrasi dan kedua, kebaikan adalah keharmonisan dalam hal penelitian dan pilihan nilai terhadap ontologi ilmu administrasi.
Kebenaran dan kebaikan, baik yang bermakna transidental maupun empirikal, bukanlah sifat-sifat tambahan dan bipolaritas melainkan suatu proses penghayatan dan pengamalan secara harmonis dalam struktur pemberian pengertian dan pemahaman, serta penilaian terhadap kandungan ontologi ilmu administrasi sebagai salah satu ilmu sosial yang menghendaki wawasan pemikiran secara universal.

C.    POSITIVISME ADMINISTRASI
Positivisme administrasi adalah jenis aliran ontologi ilmu administrasi, aliran positivisme yang memposisikan kajiannya adalah pemikiran atau tindakan positif, terutama yang berkaitan tentang administrasi, baik dipandang sebagai ilmu maupun sebagai profesi. Kedudukan aliran positivisme administrasi lebih banyak mengandalkan hati nurani, jika hati nurani mengatakan benar, maka itulah kebenaran aliran positivisme.
Positivisme dalam ontologi ilmu administrasi sasaran utamanya adalah mencari kebenaran dan kebaikan.
Pembenaran ontologi ilmu administrasi sesungguhnya telah dipertanyakan Plato sejak dahulu, apa kebenaran itu. Kemudian Bradley menjawab kebenaran adalah kenyataan yang sesungguhnya. Jadi, kebenaran Ilmu Administrasi adalah kenyataan yang sesungguhnya.
Pengukuran terhadap jenis kebenaran ilmu administrasi, bila dikaitkan dengan ilmu administrasi:
1.      Kebenaran korespondensi adalah adanya kesesuaian hubungan antar pernyataan yang diungkapkan oleh manusia dengan apa yang sesungguhnya dicantumkan dalam materi ilmu administrasi itu sendiri.
2.      Kebenaran koherensi adalah adanya hubungan antara dua pernyataan yang memiliki persamaan objek.
3.      Kebenaran pragmatis adalah kebenaran yang hanya ada satu konsekuensi saja.
4.      Kebenaran logika adalah memberikan kebenaran yang sesuai pikiran yang sebenarnya telah merupakan fakta.
5.      Kebenaran paradigmatis adalah kebenaran yang memberikan sesuai perubahan dalam kurun waktu, kondisi, dan waktu tertentu.

Tindakan daam rangka menemukan kebenaran berdasarkan sudut pandang aliran positivisme ontologi ilmu administrasi:
1.      Penelitian;
2.      Mencoba dan salah (trial and error);
3.      Renungan, dimaksudkan untuk menalar secara mendalam dan menciptakan suatu aspirasi yang dapat melahirkan suatu kreatifitas;
4.      Kekuasaan;
5.      Petunjuk dari yang Maha Kuasa karena suatu kebenaran bersumber dari  Maha Kuasa.
2.      RASIONALISME ADMINISTRASI
Rasionalisme administrasi suatu aliran yang mengutamakan pemikiran rasional di bidang administrasi, baik secara keilmuan maupun secara keprofesionalannya dan suatu metode untuk memperoleh pengetahuan. Kedudukan aliran ini banyak mengendalikan akal, bila akal mengatakan benar maka itulah kebenaran aliran rasionalime.
Pemikiran rasional mempunyai tiga fungsi, yaitu pertama menjadi kerangka persepsi yang menciptakan alam pikiran menjadi alam realita, kedua menjadi pedoman terhadap tindakan penalaran dari suatu stimulus dan ketiga menjadi alat memberikan alat pembenaran terhadap suatu realitas.
3.      BANGUNAN DASAR ADMINISTRASI
Secara teoritis, pengembangan administrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan seluruh aspek kehidupan manusia yang dimotori oleh pelaku bidang pemerintahan, karena administrasi berintikan pengaturan dan keteraturan dalam kehidupan suatu bangsa atau negara. Administrasi adalah pengaturan dan keraturan dalam mengimplementasikan suatu bentuk kekuasaan. Oleh sebab itu, pemikiran administrasi tidak dapat melepaskan diri dari persoalan-persoalan ekonomi, politik, hukum, sosial, pemerintah, dan lain sebagainya, dimana kesemuanya ini membutuhkan pengaturan dan keteraturan yang lebih baik dan benar.
1.      Batasan Ilmu Administrasi
Batasan ilmu administrasi terdiri atas dua jenis dan dua bagian utama. Pertama, Administrasi Negara yang dewasa ini berkembang dalam istilah Administrasi Publik, dan kedua, Administrasi Bisnis. Batasan imu administrasi sering juga diistilahkan dengan boundary, dengan menggunakan ruang tertentu sesuai dengan pokok kajian. Batasan adalah suatu garis yang memisahkan dua kutub yang berbeda seluruh makna dan hakikat yang dimiliki masing-masing. Dan apabila terjadi penyeberangan dari salah satunya akan terjadi pelanggaran normatif atas ketentuan yang dilahirkan oleh garis pemisah itu .
2.      Potensi Ilmu Administrasi
Manusia adalah potensi yang penting dalam ilmu administrasi karena manusia sebagai pemikir dan pelaksana dalam rangka membangun atau mengembangkan ilmu administrasi, dan dalam pengertian “mengada”  ilmu administrasi ada dalam pikiran manusia. Tetapi juga potensi ilmu administrasi yang bukan bersumber dari manusia itu sangat penting dapat mempengaruhi dan mungkin menentukan terwujudnya bangunan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang administrasi.
Potensi ilmu admnistrasi adalah suatu kandungan kekuatan yangbelum banyak dimanfaatkan, baik untuk pengembangan bangunan dasar ilmu admnistrasi maupun dalam dunia profesi administrasi itu sendiri.
3.      Peran Ilmuwan Administrasi
Peran ilmuwan Administrasi yaitu keterlibatan mereka dalam memberikan sumbangannya, baik yang berupa konsep pemikiran maupun penyebarluasan pemahaman atau pengertian (mengada) kepada pencari ilmu administrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar