Selasa, 24 Maret 2015

Artikel KEPEMIMPINAN


MENGADOPSI PRINSIP KEPEMIMPINAN MODEL SHALAT BERJAMAAH
Sebenarnya prinsip kepemimpinan dan manajemen organisasi sebenarnya dapat diadopsi dari praktek shalat berjamaah, yaitu:
1.     Kualitas dan kompetensi
Usia sebenarnya bukan merupakan kriteria utama dalam memilih seorang imam. Usia merupakan kriteria terakhir yang dipertimbangkan seandainya beberapa orang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang sama di bidang agama maupun hal melafadzkan bacaan al-quran. Konsep islam mengajarkan bahwa kriteria kemampuan lebih utama dari pada usia di dalam memilih seorang pemimpin. Akan tetapi, kalau kemampuannya sama, itu harus memilih pemimpin yang lebih tua, apalagi kalau yang tua itu mempunyaii kemampuan lebih daripada yang muda (senioritas).
2.    Sehat jasmani dan rohani
Imam harus dalam kondisi kesehatan yang prima. Seseorang yang memaksakan menjadii imam shalat berjamah dalam kondisi kesehatannya terganggu sering kali melakukan kesalahan dalam membaca surat maupun rakaatnya. Dengan praktek kepemimpinan di negeri kita, faktor kesehatan ini sudah diberlakukan sebagai persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh para pemimpin. Semua calon pemimpin harus melakukan General Chech-Up disebuah Rumah sakit yang ditetapkan oleh lembaga.
3.    Memahami kondisi masyarakat
Seorang imam yang bijaksana tidak akan membaca surat yang panjang-panjang kalau tahu bahwa kondisi ma’munya tidak memungkinkan untuk tahan berdiri lama dalam kondisi khusyu. Seorang pemimpin harus tahu persis kondisi masyarakat yang dipimpinnya, agar pembangunan yang dilaksanakan sesuaii dengan kebutuhan masyarakat serta sepenuhnya untuk melayani seluruh lapisan masyarakat.
4.    Siap mundur dari jabatan
Apabila seorang imam sedang memimpin solat, lalu merasa batal yang disebabkan oleh berbagai hall yang menyebabkan batalnya shalat, misalnya keluar angin (kentut). Walaupun itu tidak diketahui ma’mum, seorang imam dengan penuh dengan kesadaran harus meninggalkan posisinya sebagai pemimpin (imam) dan digantikan oleh ma’mum yang berdiri paling dekat dengan imam. Pemimpin (imam) harus siap mundur darii jabatnnya kalau merasa tidak mampu memegang jabatan yang diamanahkan kepadanya.
5.    Membimbing dan motivasi
Imam sebaiknya mengingatkan ma’mumnya untuk meluruskan dan merapatkan barisan dan kalau perlu mengingat hal-hal yang membatalkan sholat. Hal ini mengandung makna pemimpin harus membimbing dan mengingatkan masyarakat yang dipimpinnya agar bersatu menuju cita-cita dan keridhoan Allah SWT.
6.    Disiplin
Kalau waktunya sholat sudah tiba, maka tidak ada ketentuan yang mengharuskan menunggu orang-orang tertentu untuk memulai shalat berjamaah. Itu prinsip kedisplinan dalam sebuah organisasi, mulai dari pemimpin tertinggi sampai staf yang terendah, semua harus tunduk dan patuh terhadap aturan yang ditetapkan.
Ilustrasi kepemipinan dalam shalat berjamah yang dipaparkan diatas sekiranya dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat  serta dalam rangka memilih seorang pimpinan dilingkungan masyarakat.