Sabtu, 23 Mei 2015

Ekologi Administrasi Negara Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Ekologi Administrasi Negara
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan lingkungan macam-macam ekologi antara lain: ekologi manusia, ekologi pembangunan, ekologi negara, dan sebagainya.
Ekologi administrasi negara adalah serangkaian proses  yang terorganisir dari suatu aktivitas publik atau kenegaraan yang bertujuan untuk memecahkan masalah-maslah publik melalui perbaikan-perbaikan terutama di bidang organisasi, sumber daya manusia.[1]
Faktor-faktor Ekologis Dalam Administrasi Negara Indonesia:
Dalam rangka pembinaan Ketahanan Nasional, maka Sondang P. Siagian, MPA. Ph.D, membagi faktor-faktor ekologis sebagai berikut:
1.    Faktor geografis;
2.    Faktor penduduk;
3.    Faktor kekayaan alam;
4.    Faktor ideology;
5.    Faktor politik;
6.    Faktor ekonomi;
7.    Faktor sosial budaya;
8.    Faktor kekuatan militer.







B.  Ekologi Administrasi Negara Indonesia Dari Perspektif Fisik dan Non Fisik
1.    Letak Geografis dan Bentuk Serta Kondisi Geografis
Posisi geografi suatu negara menunjukkan ketentuan tentang dan waktu sehingga menjadi jelas batas-batas wilayah negara pada suatu saat tertentu. Lokasi dan posisi geografi ini jelas mempunyai dampak atau pengaruh terhadap struktur dan perilaku administrasi negara.
a.    Pengaruh Letak Geografis dan Bentuk serta Kondisi Geografis terhadap Administrasi Negara.
Untuk melihat pengaruh lokasi dan posisi geografi terhadap administrasi negara, perlu disebutkan bentuk wujudnya negara Indonesia terdiri dari kepulauan, letak astronominya yang berada di daerah tropik, posisi silang antara 2 benua dan 2 samudera.
Jelas memerlukan suatu administrasi negara yang mampu menghubungkan pulau-pulau tersebut satu dengan yang lainnya sehingga pulau-pulau tidak terisolasi, dan bangsa Indonesia yang mendiami pulau itu merupakan bangsa yang terintegrasi.
a.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Geografis Indonesia.
Selain pengaruh administrasi negara terhadap geografi (lokasi dan posisinya), ada pengaruh dari segi lain yang dapat ditelusuri melalui perubahan cara pandang atau wawasan bangsa Indonesia terhadap geografinya. Geografi Indonesia merupakan lautan yang ditengah-tengahnya bertebaran pulau-pulau, dengan sendirinya laut antara 2 pulau menjadi perairan “dalam”. Wawasan ini akan terwujud apabila diperlengkapi perangkat admisnistrasi Negara yang mampu, seperti Departemen Hankam, Departemen Perhubungan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan sebagainya.




2.    Keadaan dan Kekayaan Alam.
a.    Pengaruh Keadaan dan Kekayaan Alam terhadap Administrasi Negara.
Pengaruh keadaan dan kekayaan alam ini terhadap administrasi Negara nampak pada usaha-usaha untuk memanfaatkan sumber-sumber alam bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Negara-negara sedang berkembang pada umumya belum mampu menggali sumber-sumber kekayaan alam secara maksimal, oleh karenanya bantuan asing, baik berupa modal maupun tenaga ahli tidak dapat dihindarkan. Demikina pula Indonesia, untuk menggali sumber-sumber minyak di lepas pantai pada akhir-akhir ini diperlukan kerja sama dengan pihak asing.
b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Keadaan dan Kekayaan Alam.
Pengaruh administrasi Negara terhadap keadaan dan kekayaan alam sangat terbatas, karena kekayaan alam ini merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Pengaruhnya kalau ada, terbatas pada merubah sumber-sumber dari potensi menjadi kemampuan real. Misalnya, air terjun merupakan potensi tenaga diubah untuk benar-benar menjadi tenaga, tanah yang subur diubah menjadi tanaman padi diubah agar benar-benar menghasilkan padi.

3.    Keadaan dan Kemampuan Penduduk.
a.    Pengaruh Keadaan dan Kemampuan Penduduk terhadap Administrasi Negara.
Dalam melihat pengaruh faktor keadaan dan kemampuan penduduk ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1)   Jumlah Penduduk.
Jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat denan persentase kenaikan yang tinggi dan yang tidak diikuti peningkatan persediaan bahan-bahan yang sebanding serta penemuan-penemuan sumber-sumer baru menimbulkan rasa kekhawatiran yang amat sanat dikalangan para pemimpin masyarakat Indonesia, negara terbesar kelima dalam hal jumlah seteah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat, dan Uni Soviet dengan kenaikan Rata-rata 2,32 Persen[2] setiap tahun selama 10 tahun terahir ini, telah mendorong Pemerintah untuk sekuat tenaga menghambat laju pertumbuhan Penduduk. Untuk keperluan ini, ditetapkan program-program Pemerintah yaitu program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai secara resmi sejak  1969.
2)   Distribusi Spasial.
Jumlah penduduk yang besar seperti diuraikan di atas di barengi dengan distribusi spasial yang timpang, artinya penyebaran di berbagai wilayah negara tidak merata. Sebagai gambaran sejak semula telah didapati kurang lebih 2/3 Penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan Madura[3] yang hanya kira-kira 1/13 luas seluruh wilayah Indonesia. Dengan ketimpangan ini harus diadakannya program pemidahan sebagian orang Jawa dan Madura ini ke luar. Pemerintah mempersiapkaan seperangkat administrasi negara dengan nama jawatan/Direktorat Jenderal Transmigrasi.
3)   Komposisi (umur).
Komposisi menurut usia penduduk juga mempengaruhi administrasi Negara. Dengan bertambahnya penduduk yang berusia 15-24 tahun harus diikuti usaha-usaha memperluas lapangan kerja,  yang pada usia tersebut sebagian dari mereka akan membutuhkan lapangan kerja. Hal ini memerlukan tindakan-tindakan pada administrasi negara.
4)   Penghasilan Penduduk.
Indonesia termasuk kelompok Negara–negara berpenghasilan rendah. Kenaikan penghasilan penduduk menyebabkan perubahan pola konsumsi, satu di antaranya semakin tidak mampunya penduduk memenuhi kebutuhan akan rekreasi. Oleh karena itu, tepat kiranya apabila dalam jajaran administrasi negara terdapat Direktorat Jendral Pariwisata yang tersusun secara vertikal dari pusat sampai ke daerah-daerah.
5)   Tingkat Pendidikan.
Tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong rendah. Rendahnya pendidikan ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan program-program bidang pendidikan, hal ini terbukti anggaran belanja sektor pendidikan setiap tahun semakin meningkat. Secara umum dapat dinyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan rakyat ini berpengaruh terhadap administrasi negara dalam arti sulitnya mendapatkan tenaga-tenaga yang memenuhi syarat-syarat untuk mengisi jabatan-jabatan.
Dengan ini mempengaruhi efesien administrasi negara. Lain daripada itu rendahnya pendidikan rakyat ini menyebabkan belum terwujudnya apa yang dikatakan Prof. Riggs[4] disebut asimilasi antara administrasi negara dan rakyat. Asimilasi yang dimaksudkan ialah kesamaan penglihatan penilaian dan penerimaan program-program pemerintah, yang berakibat kurangnya dukungan rakyat terhadap program-proram tersebut.
6)   Kesehatan Penduduk.
Kesehatan penduduk mempengaruhi administrasi negara, dalam arti kesehatan penduduk yang masih buruk/rendah mendorong pemeritah untuk menyusun program-program di bidang kesehatan, misalnya pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan, pemberantasan penyakit rakyat, peningkatan gizi dan sebagainya. Kesemuanya ini memerlukan perangkat administrasi negara yang terorganisir dalam jajaran departemen kesehatan.
b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Keadaan dan Kemampuan Penduduk.
Program-program pemerintah yang diimplementasikan oleh administrasi negara dapat merubah keadaan dan kemampuan penduduk.
1)   Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi khususnya Direktorat Jendral Transmigrasi dengan jajarannya dan bekerjasama dengan unsur-unsur administrasi negara lain misalnya dengan Departemen Dalam Negeri atau Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi dapat lebih menyeimbangkan penyebaran spasial penduduk.
2)   Departemen Kesehatan, dengan program-programnya di bidang kesehatan dapat mempengaruhi keadaan kesehatan penduduk.

C.  Ekologi Administrasi Negara Indonesia Dari Perspektif Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal
1.    Lingkungan Internal
a.    Visi dan Misi Organisasi
Visi adalah cita-cita akhir, pandangan ke depan,organisasi diarahkan, dan berkarya, kosisten, antisipatif, inovatif, serta produktif. Suatu gambaran yang menantang keadaan masa depan berisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan organisasi.
Misi, sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh suatu organisasi, sesuai visi yang ditetapkan,agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.[5]
Organisasi dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Contoh Visi dan Misi Lembaga Adminisrasi Negara Republik Indonesia:
VISI:
Menjadi rujukan bangsa dalam pembaharuan Administrasi Negara.
MISI:
Memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan kapasitas aparatur negara dan sistem administrasi negara guna mewujudkan tata pemerintahan yang baik, melalui :
a.    Pengembangan Inovasi Administrasi Negara;
b.    Pengkajian Kebijakan;
c.    Pembinaan dan Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara;
d.   Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Administrasi. [6]
b.   Budaya Organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Budaya Organisasi Menurut Para Ahli:
a.    Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b.    Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.[7]

c.    Administrasi Negara (Publik)[8]
Administrasi negara (publik) berasal dari ilmu poitik, yang ditujukan agar proses kegiatan kenegaraan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (Suradinata, 1993)
Administrasi negara berperan dalam perumusan kebijakan negara. Nogro dan Nigro (1980) mengatakan bahwa administrasi publik peranannya sangat penting dalam perumusan kebijakan negara dan karena itu merupakan bagian dari proses politik (Public Administration has an important role in the formulation of public policy and is this part of the political process).
Administrasi publik dipandang sebagai bagian yang sama pentingnya dengan fungsi pelaksanaan kebijakan negara. Para pakar administrasi negara menggunakan terminologi “public policy”, dengan istilah kebijakan publik dan kebijaksanaan publik. Istilah kebijakan mengarah pada produk yang dikeluarkan oleh badan-badan publik yang bentuknya peraturan perundang-undangan dan keputusan, sedangkan kebijaksanaan lebih menitikberatkan pada fleksibilitas suatu kebijakan.
Administrasi Negara yang Ideal menurut Golembiewski meliputi:
1.    Public Management Core (kepegawaian, teori organisasi, keuangan negara dan sebagainya);
2.    Management specialization (pemprosesan data, sistem informasi, dan sebagainya);
3.    Policy Specialization  (kebijaksanaan pemerintah di bidang-bidang tertentu, seperti kebijaksanaan di bidang transformasi, perumahan, lapangan kerja, dan sebagainya).

d.   Hubungan Administrasi Negara dengan Administrasi Daerah
Ditinjau dari sudut hubungan antara Administrasi Pusat dan Administrasi Daerah dapat dilihat dari Adanya hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahwa tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena externalities (dampak) akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara. Peran Pusat dalam kerangka otonomi Daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan (capacity building) agar Daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak pada tataran pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya Daerah berwenang membuat kebijakan Daerah. Kebijakan yang diambil Daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang lebih tinggi yaitu norma, standar dan prosedur yang ditentukan Pusat.
Pemerintahan (Administrasi) daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi:
a)      Hubungan wewenang
b)      Keuangan
c)       Pelayanan umum
d)     Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.
2.    Lingkungan Eksternal Aspek Kemasyarakatan, meliputi IPOLEKSOSBUDMIL (Lingkungan Eksternal)[9]
a.    Ideologi
Ideologi adalah suatu komlpeks atau jalinan ide-ide tentang manusia dan dunia, yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang pandangan hidup (cita-cita) mengenai kenegaraan dan kemasyarakatan, cita-cita perjuangan yang ingin dicapai.[10] Bagi Indonesia, ideologi yang dimaksud adalah Pancasila, sesuai dengan penegasan presiden Soeharto bahwa “Pancasila adalah sumber dari segala gagasan kita mengenai wujud masyarakat yang kita anggap baik, yang menjamin kesentosaan kita semua, yang mampu memberi kesejahteraan lahir dan batin bagi kita semua.
a.    Pengaruh Ideologi Pancasila terhadap Administrasi Negara.
          Dalam mempelajari pengaruh ideologi terhadap administrasi negara Indonesia hendaknya dilihat Pancasila sebagai dasar ideologi negara yang telah dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan yang selanjutnya telah terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.
1)   Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Adanya pembangunan tempat-tempat ibadah, penyediaan fasilitas-fasilitas penunaian ibadah oleh administrasi negara merupakan petunjuk-petunjuk pengaruh sila Ketuhanan Yang Maha Esa terhadap adminstrasi negara.
2)   Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Untuk mewujudkan sila ini adminstarsi negara mengambil langkah-langkah menghapuskan penindasan, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Departemen Luar Negeri memelihara hubungan antar Negara atas dasar saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.
3)   Sila Persatuan Indonesia.
Perlu diingat bahwa kebinekaan masyarakat Indonesia juga perlu diperhatikan dengan membentuk satuan-satuan pemerintahan di daerah-daerah yang bersifat otonom dengan administrasi daerahnya masing-masing. Dengan demikian cita negara kesatuan dilengkapi dengan asas desentralisasi  dengan maksud untuk mencapai efisiensi dan efektifitas pemerintahan.
4)   Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sila keempat ini mengandung nilai cita demokrasi. Sebagai negara demokrasi pemerintah dan adminstrasi negaranya harus bertanggung jawab kepada rakyat, dikontrol oleh rakyat, dan memberikan pelayanan kepada rakyat, hanya saja sistem dan mekanismenya berbeda-beda. Di Indonesia pertanggungan jawab administrasi negara diberikan kepada rakyat melalui presiden sebagai administrator pemerintah.
5)   Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada dasarnya sila ini menghendaki adanya kemakmuran yang merata diantara seluruh rakyat. Sila ini berwujud ke dalam norma-norma yang mengatur kesejahteraan sosial yaitu pasal 33 dan 34 UUD 1945. Departemen-departemen pemerintahan telah diciptakan untuk mewujudkan norma-norma tersebut serta peraturan-peraturan disiapkan dan dilaksanakan untuk memberikan perlindungan kepada yang lemah.
b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Ideologi Pancasila.
Pada ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 telah menetapkan suatu pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila yang merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia. Dalam rangka melaksanakan ketetapan tersebut presiden sebagai administrator pemerintahan membentuk tim penasehat presiden tentang Pelaksanaan Pedoman  Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
2.    Politik
a.    Pengaruh Sistem Politik terhadap Administrasi Negara.
          Karena administrasi negara ada dibawah pimpinan pejabat-pejabat politis yang berorientasi kepada partai politik tetentu, maka sering terjadi pembentukan suatu badan/lembaga baru atau unit-unit baru dalam kementerian, walaupun secara terselubung dilatar belakangi kepentingan untuk menempatkan orang-orang partai pada jabatan dalam badan/lembaga yang baru tersebut.
          Pada era Orde Baru mulai diambil langkah-langkah untuk membenahi administrasi negara menuju kearah administrasi negara yang sehat, dengan mengurangi pengaruh partai-partai politik. Usaha-usaha tersebut seperti:
1)   Bidang Organisasi, antara lain meliputi refungsionalisasi, restrukturisasi, dan penempatan.
2)   Bidang struktur dan prosedur kerja, antara lain meliputi hubungan-hubungan, debirokratisasi/dekontrol dan penyelenggaraan fungsi organisasi dan metode.
3)   Di bidang perusahaan negara, telah dilakukan pengelompokan perusahaan-perusahaan milik Negara kedalam tiga bentuk perusahaan yaitu: Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO).
b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Sistem Politik.
Pengaruh administrasi negara terhadap sistem politik dapat ditelusuri bertolak pada maklumat pemerintah tentang pembentukan partai-partai politik 3 Nopember 1945 yang berisi anjuran pemerintah tentang pembentukan partai-partai politik.





3.    Ekonomi
a.    Pengaruh Faktor Ekonomi terhadap Administrasi Negara.
          Ekonomi Indonesia tidak berdasarkan pada ekonomi bebas, tidak pula berdasakan ekonomi sentral yang bercorak etatisma, melainkan berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Landasan ekonomi tersebut mampunyai dampak terhadap administrasi negara, yaitu bahwa dalam rangka mewujudkan “usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan” atau secara tegas disebut sebagai usaha koperasi, maka pemerintah sejak semula sudah mempersiapkan seperangkat administrasi negara untuk membina koperasi.
          Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan investasi modal yang cukup besar baik oleh pemerintah sendiri maupun oleh pihak swasta. Faktor-faktor ekonomi khususnya pembangunan ekonomi, yang memerlukan penanaman modal dalam negeri dan asing, mempunyai dampak terhadap sistem administrasi negara. Pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berencana diperlukan suatu badan perencana yang diperlengkapi dengan seperangkat administrasi negara.
b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Ekonomi.
Dalam mempelajari pengaruh administrasi negara terhadap ekonomi dapat dikemukakan beberapa hal saja yaitu :
·      Anggaran belanja dan pendapatan negara;
·      Kebijakan penanaman modal;
·      Kebijakan proteksi (perlindungan); dan
·      Kebijakan di bidang ekspor.






4.    Sosial Budaya
Secara etimologis kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ’”buddhayah” bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi dan akal.[11] Dimana kemampuan akal budi seseorang atau sekelompok manusia. Kaitannya dengan sistem administrasi negara adalah bahwa budaya sangat terkait secara erat karena budaya terkait erat dengan pola prilaku sesorang atau sekelompok orang (suku) yang berorientasinya sekitar tentang kehidupan bernegara. 
Menurut Prof. Dr. Koentaraningrat: kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.[12] Menurut Dr. Moh.Hatta kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. 
Contoh budaya dalam administrasi publik yaitu budaya administrasi publik minangkabau, dimana budaya politik partisan sebanarnya dapat dikaji dari ranah minangkabau, orang padang terkenal dengan ulet bersilat lidah dan tidak mau mengalah dan hal itu sudah mereka miliki semenjak nenek moyang mereka. Dalam mempertahankan gengsi, kewibawaan dan persamaan derajat, mereka mengatakan “togak samo tinggi, duduak samo rendah” (duduk sama tinggi duduk sama rendah).
a.    Pengaruh Sosial Budaya terhadap Administrasi Negara.
Pembahasan pengaruh faktor sosial budaya terhadap administrasi negara Indonesia sengaja dilakukan secara garis besar saja, dengan maksud untuk dibahas lebih lanjut secara terperinci dan intensif dalam laporan atau tulisan sendiri.
1)    Tradisional versus modern 
2)    Teknologi sosial dan fisik
3)    Revolusi komunikasi


b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Sosial Budaya.
          Pengaruh administrasi negara terhadap sosial budaya dapat melalui program-program pembangunan sosial budaya yang dilancarkan oleh pemerintah yang diimplementasikan oleh administrasi negara. GBHN telah memberikan pengarahan-pengarahan program pembangunan dibidang sosial budaya yang dapat dijadikan acuan dalam membahas pengaruh administrasi negara terhadap sosial budaya. Beberapa pengaruh yang dimaksud adalah :
1)    Program moderenisasi desa,
2)    Program-program di bidang seni budaya,
3)    Program di bidang pendidikan,
4)    Program di bidang kesehatan dan keluarga berencana.

5.    Militer
          Militer di Indonesia mempunyai kedudukan, peranan dan fungsi yang khas, sesuai dengan jiwa dan semangat pengabdiannya, yaitu mempunyai fungsi ganda atau dwi fungsi = sebagai kekuatan pertahanan-keamanan dan sebagai kekuatan sosial.
          Peranan militer (ABRI) sebagai kekuatan sosial meliputi : ikut menentukan haluan negara, bertinak sebagai pelopor, stabilisator dan dinamisator, ikut serta dalam pembangunan nasional. Diciptakan suasana hubungan kerjasama yang harmonis di antara sesama kekuatan-kekuatan sosial. Hal ini memperkokoh integritas bangsa, yang siap menunaikan tugas-tugas pembangunan di samping selalu siap juga dalam menghadapi bahaya dari dalam dan dari luar.
a.    Pengaruh Militer terhadap Administrasi Negara.
Pengaruh militer terhadap administrasi negara dapat ditelusuri melalui dwifungsi ABRI[13] dengan sistem kekaryaannya[14]. Praktek-praktek dan kebiasaan administrasi militer sampai tingkat tertentu mewarnai sistem dan prosedur serta praktek-praktek dan kebiasaan administrasi lembaga-lembaga tadi.
1)   Pemantapan prinsip-prinsip organisasi
2)   Asisten sekretaris wilayah/daerah
3)   Tata upacara
b.    Pengaruh Administrasi Negara terhadap Militer/Hankam.
Pengaruh administrasi negara terhadap militer (hankam) paling tidak, nampak dalam dua hal. Pertama, karena anggota militer sewaktu-waktu harus siap ditugaskan di luar jajaran departemen hamkan, maka mereka harus memiliki kualifikasi yang sedemikian rupa sehingga cocok dengan tuntutan persyaratan jabatan-jabatan di luar jajaran hankam dimaksud.
Kedua, pelaksanaan sishankamrata[15] memerlukan pengerahan kekuatan rakyat. Rakyat perlu dipersiapkan dengan latihan-latihan, diorganisir dalam kelompok-kelompok yang sewaktu-waktu dapat digerakan untuk menghadapi tugas-tugas nyata dalam hankamrata.
6.    Teknologi Informasi dan Komunikasi
Setiap masyarakat pasti melakukan komunikasi dengan sesamanya sekalipun dengan alat yang sederhana dan sekarang sudah menggunakan  alat-alat modern sepeti handphone, media sosial dan internet. Komunikasi di Indonesia dengan bahasa yang berbeda-beda setiap daerahnya tetapi bahasa yang universal di Indonesia yaitu bahasa Indonesia. Meskipun banyak orang Indonesia yang masih belum pasih menggunakaan sepenuhnya bahasa Indonesia.
Komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selaku komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.[16]